Laman

Jumat, 25 Februari 2011

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS

LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS


I. Konsep Medik
A. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001). Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I).
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).

B. Etiologi
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan

C. Manifestasi Klinik
1. Stadium pra-ikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan atas.Urine menjadi lebih coklat.
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu.Ikterus mula-mula terlihat pada sklera kemudian pada kulit seluruh tubuh.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi)
Ikterus mereda warna urine dan tinja menjadi normal lagi.

D. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi ringan, misalnya kolestasis berkepanjangan relapsing hepatitis atau hepatitis kronik persisten dengan gejala asimtomatik dan AST fluktuatif.Komplikasi berat yang dapat terjadi adalah hepatitis kronik aktif, sirosis hati, hepatits fulminan atau karsinoma hepatoseluler.Selain itu dapat pula terjadi anemi aplastik, glomerulonefritis, necrositing vaskulitis atau mixede craiyon bilinemia.

E. Pemeriksaan Penunjang
o Urine dan tinja
o Kelainan darah
o Kelainan hematologis
o Biopsi hati dengan jarum

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
1. Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah klien harus banyak istirahat karena dapat mempercepat proses penyembuhan.
2. Diet. Jika pasien mual, napsu makan menurun atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika tidak dapat diberikan makanan yang mengandung cukup kalori (30-35 kal/kg BB) dengan protein cukup (1 g/kg BB).
3. Medikameentosa. Obat-obat yang dapat diberikan adalah :
 Kortikosteroid, dapat diberikan pada kolestasis yang berkepanjangan dimana transminase serum telah kembali normal. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.
 Vitamin K diberikan bila ada perdarahan.
 Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
 Golongan Antibiotik.

II. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Untuk pengkajian pada pasien hepatits data-data yang di perroleh tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati. Adapun faktor-faktor utama yang perlu dikaji pada pasien hepatitis :
 Aktvitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
 Sirkulasi
Tandanya : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
 Eliminasi
Gejala : Urine gelap
Diare/konstipasi; warna tanah liat
Adanya/berulangnya haemodialisa.
 Makanan/cairan
Gejalanya : Hilangnya napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau peningkatan (edema), mual/muntah.
Tanda : Asites
 Neorosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.


 Nyeri/kenyamanan
Gejalanya : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)
Tanda : Otot tegang, gelisah.
 Pernapasan
Gejalanya : Tidak minat atau enggan merokok (perokok)
 Keamanan
Gejalanya : Adanya transfusi darah/produk darah
Tanda : Demam
Urtikaria, lesi makulo papular, eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaringan, eritema palma, ginekomastia (kadang ada pada hapatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.
 Seksualitas
Gejalanya : Pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan (contoh homo seksual aktif, biseksual pada wanita.

2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan pada klien dengan hepetitis yaitu :
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan.
2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Intervensi keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan fungsi absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan.
Tujuan : Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan atau meningkatkan BB.
Intervensi :
 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat asupan makanan yang sulit pada sore hari.
 Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.
 Anjurkan makan dalam posisi duduk tegak
Rasional : Menurunkan rasa penuh abdomen dapat meningkatkan pemasukan.
 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permanen berat sepanjang hari.
Rasional : Bahan ini merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak

2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.
Tujuan : Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadan normal
Intervensi :
 Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.
Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal.
 Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma selama jam tidur.
Rasional : Menurunkan potensial cedera kulit.
 Berikan masege pada waktu tidur.
Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
 Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional : Meminimalkan stress psikologi sehubungan dengan perubahan kulit.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Menunjukan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Intervensi :
 Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat diyakini menurunkan aliran darah kekaki yang mencegah sirkulasi optimal kehati.
 Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan hasil pernapasan dan meminimalkan takanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
 Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
 Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
 Dorong penggunaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktivias hiburan yang tepat seperti nonton tv, radio, membaca.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali latihan dan dapat meningkatkan koping.
 Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan karena pembesaran hati.
Rasional : Menunjukan kurangnya resolusi/akseserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.

4. Implementasi
Tujuan utama mencacup :
1. Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan BB atau meningkatkan BB.
2. Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.
3. Dapat kembali melakukan aktivitas dengan baik.

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. - Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatan/mempertahankan BB yang sesuai.
- Menunjukan peningkatan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
2. - Menunjukan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi.
- Melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet.
3. - Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
- Menunjukan teknik/perilaku yang memampuakan kembali melakukan aktivitas
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.




















DAFTAR PUSTAKA


1. Corwin, J. Elizabeth, 2001, Buku Saku Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

2. Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta.

3. Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.

4. Suyono, Slamet dkk., 2001, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Sabtu, 25 Desember 2010

Gangguan Saluran Pencernaan

OBSTRUKSI USUS (ILEUS OBSTRUKSI)

A.KONSEP DASAR

1.PENGERTIAN

Obstruksi usus dapat didefenisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut maupun kronis, parsial atau total.

2. DUA TIPE OBSTRUKSI

a.Mekanis(Ileusobstruksi)
Dimana terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural
oleh tekanan ekstrinsik. Contoh kondisi yang menyebabkan obstruksi mekanis adalah tumor polipoid dan neoplasma, perlekatan, hernia, abses.

b. Fungsional (Ileus paralitik)
Di mana peristaltik usus dihambat sebagaian akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Sehingga usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Obstruksi ini dapat bersifat parsial atau komplet. Keparahannya tergantung pada daerah usus yang terkena, derajat di mana lumen tersumbat dan khususnya di mana derajat sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu.

3. ETIOLOGI

Kebanyakan obstruksi usus (85%) terjadi dalam usus halus. Perlekatan paling banyak menyebabkan obstruksi usus halus (insiden sebanyak 60%) diikuti dengan hernia dan neoplasm penyebab lain mencakup intususepsi, volvulus(pemutaran usus) dan ileus paralitik.
Penyebab Perjalanan penyakit
Intususepsi : (Invaginasi) : salah satu bagian dari usus menyusup ke dalam bagian lain yang ada di bawahnya.
Hernia : Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum memungkinkan penonjolan ke luar suatu kantong peritonal disebut kantong hernia.
Tumor :Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
Volvulus : Terputarnya secara komplet suatu lengkung usus melalui dasar mesenteriknya dan menyebabkan obstruksi dan infark
Perlekatan (adhesi):Lengkung usus menjadi menetap pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan. Radang peritoneumlokal (peritonitis) dapat terjadi setelah pembedahan
Akibat yang ditimbulkan dari penyebab
Perlekatan: 3 atau 4 pasca operatif keadaan ini menghasilkan perputaran lengkung usus.
Insusuepsi:Penyempitan lumen usus.
Volvulus :Lumen usus menjadi tersumbat. Gas dan cairan berkumpul dalam usus yang terjebak.
Hernia : Aliran usus mungkin tersumbat total.Aliran darah Kearea tersebut dapat tersumbat juga.
Tumor :Lumen usus menjadi tersumbat sebagain bila Tumor tidak diangkat mengakibatkan obstruksi lengkap.

4.FAKTOR RESIKO TERJADINYA ILEUSOBSTRUKSI

Penyebab obstruksi mekanik berhubungan dengan golongan usia yang terserang dan tempat obstruksi. Tumor-tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab terserang obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua dan timbul akibat perlenketan yang terjadi karena pembedahan sebelumnya.

5.MANFESTASI KLINIK

a. Obstruksi usus halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri kram yang terasa seperti gelombang dan bersifat kolik pasien dapat dapat mengeluarkan darah dan mukus. Tidak terdapat flatus, muntah. Tanda yang pasti dari dehidrasi adalah : pasien mengalami haus terus-menerus,mengantuk, malaise umum, lidah dan membran mukosa menjadi pecah-pecah. Abdomen menjadi distensi semakin ke bawah obstruksi di area gastro instestinal yang terjadi semakin jelas adanya distensi abdomen

b.Obstruksi usus besar
Obstruksi usus besar berbeda secara klinik dari obstruksi usus halus, dalam hal ini gejala terjadi lebih lambat pada pasien dengan obstruksi di sogmold atau rektum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi. Pasien merasa kram akibat nyeri abdomen bawah akhirnya terjadi munteh, dapat terjadi syok.



6. PATOFISIOLOGI

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setalah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perubahan patofisiologi utama adalah pada obstruksi usus. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel Yang mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah jantung, Penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik.
Peregangan usus yang terus-menerus mengakibatkan lingkaran setan. Penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus.Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi danpeningkatan permeabilitas akibat nekrosis disertai absorpsi toksin-toksin bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik.

7. PROGNOSIS

a. Angka kematian keseluruhan untuk obstruksi usus haluskira-kira 10%
b. Angka mortalitas unruk obstruksi kolon kira-kira 20%
c. Angka kematian untuk obstruksi non strangulat adalah 5-8%

8.KOMPLIKASI

a. Peritonitis septikemia
b. Syok hipovolemia
c. Perforasi

9.EVELUASIDIANOSTIK

a. Obstruksi usus halus : diagnosa didasarkan pada gejala yang digambarkan di atas serta pemeriksaan sinar X. Pemeriksaan laboratorium (misal, pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan memungkinkan infeksi.

b.Obstruksi usus besar : Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan simiomatologi dan sinar X .Sinar X abdomen (datardantinggi) akan menunjukkan distensikolon.



PROSES KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

1. Aktivitas atau Istirahat
Kelemahan, kelelahan, insomnia, merasa gelisah, pembatasan aktivitas sehubungan dengan efek proses penyakit.
2. Sirkulasi
Takikardia respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri. Turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah.
3. Eliminasi
Tekstur peses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair. Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik yang dapat dilihat
4. Makanan/cairan
Anoreksia, mual dan muntah, penurunan berat badan, kelemahan, membran mukosa pucat.
5. Higiene
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
6. Nyeri/kenyamanan
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah, nyeri tekan abdomen/distensi abdomen
7. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh 39,6-40ยบ C
8. Interaksi sosial
Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktif dalam sosial.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan peregangan abdomen
b. Gangguan eliminasi (konstipasi) b/d penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam luman usus.
c. Gangguan pola tidur b/d nyeri akibat distensi abdomen
d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan terbatas.
e. Pola nafas tidak efektif b/d kontraksi otot-otot dinding abdomenke diagfragma.

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
R) mencoba untuk mentoleransi nyeri
2. Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10). Sedikit dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
R) perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyeberan penyakit terjadinya komplikasi


3. Catat penunjuk non verbal. Mis, gelisah, menolak untuk bergerak dan berhati-hati dengan abdomen.
R) bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologik dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
4. Observasi distensi abdomen, peningkatan suhu dan penurunan TD.
R) dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema.
5. Berikan obat sesuai dedikasi Anodin supositoria
R) merilekskan otot rektal, menurunkan nyeri spasmeb.

b. Gangguan pola eliminasi BAB(konstipasi) b/d penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam lumenusus.

1. Pastikan kebiasaan defikasi pasien dan gaya hidup sebelumnya
R) membantu dalam pembentukan jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi
2. Auskultasi bising usus
R) perlambatan dapat menandakan ileus atau obstruksi statis menetap.
3. Bila terjadi konstipasi, ini harus dilaporkan pada perawat atau dokter.
R) konstipasi dapat menandakan obstruksi tidak adanya feses memerlukan perhatian medis darurat.

c. Gangguan pola tidur b/d nyeri

1. Lakukan kajian masalah gangguan tidur
R) memberikan informasi data dasar dalam menentukan rencana perawatan
2. Ciptakan tempat tidur yang nyaman, bersih
R) meningkatkan kenyamanan
3. Lakukan mandi air hangat sebelum tidur
R) meningkatkan tidur

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pemasukan terbatas

1. Awasi masukan dan keluaran, karakter dan jumlah feses, perkirakan kehilangan yang tak terlihat, mis : berkeringat.
R) memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan
2. Kaji TTV
R) Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
3. Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring.
R) kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan cairan usus


e. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh/pemasukan terbatas.

1. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah
R) pilihan intervensi tergantung dan penyebab masalah.
2. Beri makan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.
R) dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa
3. Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi
R) pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungandi mana masukan makanan, muntah/eliminasi, obat dan aktivitas dapat dipantau

4. EVALUASI

Hasil yang diharapkan
a. Nyeri berkurang
b. Mendapatkan nutrisi yang optimal
c. Tidak menglami komplikasi
d. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit